BULA, Negeri antah brantah di P.Seram Bagian Timur, Maluku (part1)

 

Jalur utama kota Bula (foto:Mansyur Hasan)

Bula, adalah salah satu kota kecil di Seram Bagian Timur hasil pemekaran kabupaten Maluku Tengah selain Seram Bagian Barat dan Maluku Tengah sendiri. Pemekaran wilayah tahun 2004 menjadikan kota Bula bisa dianggap sebagai cikal bakal kota besar seperti kota setingkat kabupaten di Indonesia. Bula masih berusia 8 tahun tepatnya tanggal 18 Januari 2004, sebagai perbandingan kota Surabaya yang sudah berusia 718 tahun, Bula masih bisa dianggap kota yang baru menginjak usia pendidikan dasar dengan pelajaran perhitungan dasar, perkalian dasar juga pengenalan kosa kata bahasa dasar.

Jalan dalam kota Bula, Seram Bagia Timur
Jalan dalam kota Bula, Seram Bagian Timur (foto:Mansyur Hasan)

Bula bisa dicapai dengan beberapa alternatif transportasi. Bila menggunakan pesawat dari Bandara Juanda, Surabaya  menempuh waktu terbang sekitar 2 jam 15 menit menuju Bandara Internasional Pattimura di kota Ambon. Dari bandara banyak sekali tawaran taksi mobil pribadi menuju kota kecil bernama Tulehu. Tulehu adalah kota di ujung pulau Ambon dimana terdapat pelabuhan penyeberangan kapal cepat dan kapal feri menuju pulau Seram. Dari Bandara Pattimura menuju Tulehu ditempuh perjalanan darat sekitar 1 jam dengan tarif rata rata Rp.150.000,- – Rp.200.000,- rupiah untuk satu mobil pribadi/rombongan.

kapal cepat di pelabuhan Tulehu (foto:mansyur hasan)

Sesampai di pelabuhan Tulehu, terdapat 2 jenis kapal penyeberangan  yaitu kapal cepat dan kapal feri. Kapal cepat hanya melayani perjalanan sehari 2 kali penyeberangan yaitu pukul 10.00 WITA dan jam 16.00 WITA, sedangkan kapal feri hanya melayani sekali penyeberangan yaitu pukul 11.00 WITA dari Tulehu menuju pelabuhan Amahai. Harga tiket kapal cepat bisa dibilang mahal, Rp.90.000,- per orang untuk kelas ekonomi dan Rp.150.000,- per orang untuk kelas VIP. Yang membedakan hanya lokasi dek penumpang di atas dan dibawah. Tulehu ke Amahai ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam melintasi perairan laut tenang selat Ambon dengan pemandangan hamparan pantai yang begitu bersih dan indah.

 

perairan selat Seram yang tenang (foto:mansyur hasan)

Pelabuhan Amahai bukanlah pelabuhan besar seperti Pelabuhan tanjung Perak Surabaya, pelabuhan Amahai hanya berupa dok kapal yang  dibuat menjorok ke laut untuk sandar kapal cepat dan feri. Di pelabuhan Amahai banyak sekali yang  menawarkan jasa taksi mobil pribadi (ex.Toyota Innova/Avanza) ke kota Bula SBT. Rata rata tarifnya sekitar Rp.250.000.-/orang. Pelabuhan Amahai merupakan pelabuhan yang paling besar di pulau Seram, terletak di wilayah kota Masohi 10km dari kota. Kota Masohi sendiri bisa dikatakan kota terbesar kedua setelah kota Ambon, ibukota propinsi Maluku. Kota Masohi adalah kota kabupaten Maluku Tengah di pulau Seram. Dari sinilah petualangan perjalanan lintas darat menuju Bula SBT dimulai.

 

pelabuhan Amahai di Masohi, p.Seram (foto:mansyur hasan)

Dengan menempuh perjalanan lintas darat di malam hari, kota Bula bisa dicapai sekitar 8 jam dengan kecepatan rata rata 60-80km/jam dengan taksi mobil pribadi setara Toyota Innova. Dengan lebar jalan untuk 2 jalur mobil, pemandangan hutan asli di samping kanan dan kiri, jalan berkelok-kelok menanjak dan jalan turun, sesekali jalan berbatu yang masih proses peng-aspalan, bukit dan tebing tinggi rawan longsor dan sesekali terlihat babi hutan di tepi jalan. Adalah sebuah perjalanan yang sangat melelahkan sekaligus mengasyikkan melintasi kawasan hutan lindung pulau Seram.  Hanya sekali singah untuk istirahat makan malam tepatnya di desa kecil bernama Wahai, itupun letak desanya berada di tengah hutan belantara dengan pohon pohon asli khas hutan. Jarak tempuh Masohi-Bula kira kira sekitar 340km atau setara bolak balik Surabaya – Malang sebanyak 4 kali. Saya pribadi baru menginjakkan kaki di kota Bula pukul 00.00 WIB atau pukul 02.00 WITA dini hari. Total saya melakukan perjalanan menerus dari bandara Juanda Surabaya – Bula kurang lebih 17 jam sudah termasuk jam istirahat sholat dan makan 2 kali di Tulehu dan Wahai

 

warung SS, 110 km dari kota Masohi di jalan Lintas Seram (foto:mansyur hasan)

Sangat bertolak belakang bila mendengar cerita orang orang yang sudah berjasa mengembangkan kota Bula Seram Bagian Timur (red.pemerintah kabupaten) tentang jalur lintas Seram ini. 3 tahun lalu (tahun 2009) jalan lintas darat tersebut masih berupa jalan berbatu dan belum beraspal, kondisi masih tebing dan rawa sebelum diurug menjadi jalan. Pemandangan mobil terjerembab di lumpur dengan ketinggian selutut orang dewasa adalah hal lumrah, menerabas kubangan rawa, menginap di tengah tengah hutan adalah hal wajar dengan menggelar tikar ataupun tidur di dalam mobil dengan resiko dihampiri babi hutan liar. Rata rata bisa 15jam-18 jam sendiri perjalanan dari Masohi ke Bula dengan terbayang jalan-jalan yang biasa di pakai offroader.

 

jalur Lintas Seram di siang hari (foto:Mansyur hasan)

Memanfaatkan jalur laut pun tak kalah menarik, dari pelabuhan Amahai ke pelabuhan kota Bula bisa ditempuh sehari semalam dan itupun kapal hanya singgah di kota Bula 4 hari sekali,  kapal tersebut melayani pengiriman barang ekspedisi melalui pos dan beberapa pengiriman makanan sembako dari kota Ambon dan kota Kobi, kota penghasil beras di ujung kabupaten Seram Timur sebelah barat.

Satu satunya jalur alternatif transportasi yang paling cepat menuju Bula adalah menggunakan pesawat kecil jenis MBA kargo. Tahun 2007, pesawat ini melayani rute Bula- Ambon tetapi semenjak tahun 2010 pesawat penumpang ini dihentikan kontraknya oleh bupati aktif Abdullah Vanath sebelum  kejadian pesawat yang sama jatuh di pegunungan Sumatera Utara tahun 2010. Pesawat yang ada sekarang adalah pesawat Deraya milik perusahan minyak dan gas bumi Kalrez di Bula, melakukan penerbangan rutin ke Ambon hanya di hari selasa dan kamis dan tidak untuk umum . Pihak perusahaan pun hanya memberi jatah kursi 3 orang untuk pemerintah kabupaten untuk kondisi mendesak rapat koordinasi gubernur di propinsi. Ketika ada tamu penting atau mengundang artis ibukota, jasa pesawat ini sangatlah berharga untuk efektifitas waktu mereka. Beberapa artis yang sudah pernah datang ke Bula antara lain Ikke Nurjanah, Pingkan Mambo, D’Massive Band dan GIGI Band.

 

lapangan udara di kota Bula milik Deraya Airline (foto:mansyur hasan)

Itulah kota Bula, kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku

(Mansyur Hasan Wahyudi – Hotel Damai jl.Pendopo, Bula SBT Maluku , 8 Januari 2012, 23.00WIT)

 

foto foto lain :

 

pelabuhan laut kota Bula, 6km dari kota (foto:mansyur hasan)
lapangan kota Bula, Seram Bagian TImur (foto:mansyur hasan)

 

pegunungan Taman Nasional Manusela , Lintas Seram (foto:mansyur hasan)
pendopo kabupaten kota Bula (foto:mansyur hasan)
pom bensin di kota Bula ( foto:mansyur hasan)

28 thoughts to “BULA, Negeri antah brantah di P.Seram Bagian Timur, Maluku (part1)”

    1. Walau sy sudah berada di kota Ambon, sekalipun belum sempat ke P.Seram or Bula. Ternyata sudah bagus juga ya,,,,foto” u juga keren.
      ;)(y)

       Siipp!. Deh pokoknya

  1. jd teringat masa lalu, swaktu msh tinggal di sana kurun tahub 1980 – 1988, mess karyawan minyak yg di pertigaan itu msh ada ga ya, swaktu di sana saya tinggal di rumah karyawan minyak yg di sebelah puskesmas yg di sebelah mess karyawan tersebut ….

  2. Sungguh indah kota bula, masyarakatnya pun ramah, banyak sekali sahabat dan banyak kenangan yg tak terlupakan selama 4 tahun tinggal diBula….

  3. Mau tanya kak,,,,
    Saya mau ke pantai ora,,, klo dr bula enaknya Naik ap ya?
    Trus kira2 ongkosnya brp?
    Thanks

  4. Klu dri kota bula, ke pantai ora, biaya berkisar 500rb-600rb, jdi kangen bula, terutama sesar, 9thn kenangan membangun pelabuhan sesar hehehehehehe

  5. Keren dan masih bersih keadaannya.. Bila pemerintah melakukan pemerataan pembangunan, Bula dapat menjadi salah satu tempat wisata indonesia timur.

  6. Sayaa sudah pernah tinggal dibulaa. Selama liburan akhirsemestes kemarin. Udara masih sejuk,tidak seperti dijakarta .

  7. Kangen bula, kangen pantai gumumae, kangen pantai di pulau2 dengan pasir putihnya.. Pulau panjang, gorom, wakate,, ntah kapan bisa kesana lg 🙂

  8. Bagus catatannya, benar sekali, jadi rindu pulang kampung, saya sebagai orang Bula mau bilang Terima kasih sudah ngepost walaupun baru dibaca.
    Semoga Bula jadi Kota yang maju dan makmur kedepannya. Amin

  9. Terima kasih untuk artikelnya.. kebetulan ibu bapak sya dr tahun 2010 tinggal disana. Mudah2an suatu hari bisa berkunjung ke BULA 😊

    1. bisa, ada bandara kecil di Bula biasanya dipakai untuk bupati dan beberapa kontraktor tambang. Salam

  10. dari bula ke sawai dulu (4 jam) dg mobil baru naik speed ke ora beach.mobil mungkin harus carter 600rb.

  11. Sungguh luar biasa dan sesuatu banget krn jalan lintas darat yg bgtu cepat bisa di nikmati khalayak ramai… krang lebih 3 ato 4 thn lalu wktu dr bula k tutuk tolu itu harus naik kapal yg sangat tdk sy sukuai apalg klo pas musim ombak sangat menakutkan… tp skrg perkembangan SBT sdah sangat jauh lebih maju… satu kata aja sih This is Amaging😍😍😍 I like👍👍

Leave a Reply to C-Rv Cancel reply

Your email address will not be published.